Profil Desa Mewek

Ketahui informasi secara rinci Desa Mewek mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Mewek

Tentang Kami

Kelurahan Mewek, Kecamatan Kalimanah, Purbalingga (Kode Pos: 53371) merupakan pusat industri vital, khususnya pabrik bulu mata dan pengolahan kayu. Dengan luas 1,13 km² dan populasi 2.113 jiwa, Mewek adalah kawasan padat dengan ekonomi yang dinamis dan s

  • Pusat Industri Strategis

    Kelurahan Mewek adalah jantung industri padat karya di Purbalingga, terutama dalam produksi bulu mata palsu dan pengolahan kayu, yang menjadi penggerak utama ekonomi lokal dan menyerap ribuan tenaga kerja.

  • Sejarah Nama yang Unik

    Nama "Mewek" (menangis) berasal dari masa kolonial Belanda, sebagai pengingat tragis akan politik adu domba yang memecah belah komunitas yang dulunya bersatu.

  • Dinamika Sosial Transisional

    Masyarakat Mewek mengalami transisi dari kultur agraris ke industri, menciptakan dinamika sosial yang unik di mana tradisi komunal berhadapan dengan tantangan urbanisasi dan modernisasi yang dibawa oleh pabrik.

Pasang Disini

Terletak strategis di jalur utama yang menghubungkan berbagai kota penting, Kelurahan Mewek di Kecamatan Kalimanah, Kabupaten Purbalingga, menjelma menjadi sebuah kawasan dinamis yang menopang perekonomian regional. Lebih dari sekadar nama yang unik, Mewek merupakan pusat industri padat karya, khususnya rambut dan bulu mata palsu, yang geliatnya memberikan napas kehidupan bagi ribuan warganya. Dengan denyut industri yang kencang, kelurahan ini menghadapi tantangan urbanisasi dan modernisasi, sembari tetap berusaha merawat akar sosial dan sejarahnya yang khas.

Kelurahan Mewek terhampar di atas lahan seluas kurang lebih 1,13 kilometer persegi (113 hektare), berada pada ketinggian 40 meter di atas permukaan laut. Lokasinya yang hanya berjarak sekitar 7,8 kilometer dari pusat pemerintahan Kabupaten Purbalingga menjadikannya kawasan penyangga yang vital. Berdasarkan data terakhir, jumlah penduduknya mencapai sekitar 2.113 jiwa, menghasilkan tingkat kepadatan penduduk sekitar 1.869 jiwa per kilometer persegi. Secara administratif, wilayah dengan kode pos 53371 ini terbagi menjadi 3 Rukun Warga (RW) dan 9 Rukun Tetangga (RT).

Sejarah Unik di Balik Nama "Mewek"

Setiap nama menyimpan cerita, begitu pula dengan "Mewek". Jauh dari konotasi cengeng, asal-usul nama ini berakar pada sebuah episode kelam dalam sejarah kolonialisme yang memicu perpecahan. Berdasarkan penuturan para sesepuh dan catatan sejarah lokal, wilayah yang kini dikenal sebagai Mewek dan Kelurahan Penambongan dulunya merupakan satu kesatuan desa yang warganya hidup rukun dan damai.

Kondisi berubah drastis ketika Belanda menerapkan taktik licik devide et impera atau politik adu domba. Dengan memonopoli jalur perdagangan yang strategis melintasi desa, Belanda berhasil menyulut api konflik di antara warga. Perselisihan dan pertikaian yang terus-menerus membuat suasana desa menjadi pilu dan penuh tangisan. Konon, saking seringnya terjadi pertikaian yang membuat banyak orang menangis atau "mewek" dalam bahasa Jawa, nama tersebut akhirnya melekat dan menjadi identitas wilayah yang terpecah itu.

Wawancara dengan tokoh masyarakat setempat, seperti yang tercatat dalam beberapa dokumentasi lokal, mengonfirmasi bahwa nama "Mewek" dipilih dan dipertahankan oleh warga sebagai pengingat akan sejarah pahit tersebut. Nama ini menjadi monumen lisan akan sebuah tragedi komunal yang disebabkan oleh intervensi asing, sebuah pengingat agar persatuan warga selalu dijaga.

Geliat Ekonomi Berbasis Industri Padat Karya

Nadi perekonomian Kelurahan Mewek berdetak kencang seiring dengan aktivitas industri yang mendominasi pemanfaatan lahan dan penyerapan tenaga kerja. Kawasan ini merupakan bagian penting dari sabuk industri di Kabupaten Purbalingga, yang terkenal sebagai salah satu produsen bulu mata palsu terbesar di dunia.

Berbagai pabrik, mulai dari skala menengah hingga besar, berdiri di Mewek dan sekitarnya. Di antara yang paling signifikan adalah PT. Bintang Mas Triyasa dan PT. Sinar Cendana Abadi, keduanya bergerak di industri bulu mata palsu. Keberadaan perusahaan-perusahaan ini menjadi magnet bagi pencari kerja, tidak hanya dari Mewek tetapi juga dari desa-desa sekitarnya. Ribuan pekerja, yang mayoritas adalah perempuan, setiap hari memadati pabrik-pabrik ini, menjadikan industri rambut dan bulu mata palsu sebagai tulang punggung ekonomi bagi banyak keluarga.

Selain bulu mata palsu, sektor pengolahan kayu juga memiliki peran penting. Kehadiran industri seperti PT. Karyabhakti Manunggal yang bergerak di bidang penggergajian dan pengolahan kayu menunjukkan diversifikasi industri di kelurahan ini. Jalan Perintis, salah satu jalan utama di Mewek, menjadi saksi bisu hilir mudik truk-truk pengangkut bahan baku dan hasil produksi yang menjadi pemandangan sehari-hari.

Transformasi dari masyarakat agraris ke industri telah mengubah lanskap sosial-ekonomi secara drastis. Jika beberapa dekade lalu pertanian masih menjadi andalan, kini sektor jasa dan buruh pabrik menjadi pilihan utama. Pergeseran ini membawa dampak positif berupa terbukanya lapangan kerja dan meningkatnya perputaran uang, namun juga memunculkan tantangan seperti kebutuhan akan infrastruktur yang memadai dan pengelolaan dampak lingkungan dari aktivitas industri.

Tata Kelola Pemerintahan dan Visi Pembangunan

Sebagai sebuah kelurahan, Mewek dipimpin oleh seorang Lurah yang berada di bawah koordinasi Camat Kalimanah. Pemerintahan kelurahan berfungsi sebagai garda terdepan dalam pelayanan publik dan fasilitator pembangunan di tingkat lokal. Kantor Kelurahan Mewek yang beralamat di Jalan Perintis Nomor 77 menjadi pusat administrasi dan kegiatan kemasyarakatan.

Saat ini, Kelurahan Mewek dipimpin oleh Lurah Okta Hermawan S., S.STP. Dalam berbagai kesempatan, visi pembangunan yang diusung berfokus pada sinergi antara pengembangan potensi industri dan pemeliharaan kondusivitas sosial. Salah satu wujud nyata dari pendekatan ini terlihat dalam kegiatan rutin "Tarawih Keliling" (Tarling) yang diselenggarakan pemerintah kelurahan.

Dalam sebuah kegiatan Tarling di Masjid Baitul Mukmin pada Maret 2025 lalu, Lurah Okta Hermawan menekankan pentingnya menjaga suasana yang aman dan nyaman agar masyarakat dapat menjalankan ibadah dengan khusyuk. "Selama bulan Ramadhan, kami berharap suasana bisa kondusif, sehingga warga masyarakat bisa melaksanakan ibadah secara khusyuk," ujarnya. Pada kesempatan yang sama, ia juga menyampaikan pesan kepada generasi muda untuk menghindari kegiatan negatif yang berisiko, seperti perang sarung.

Pernyataan ini mengindikasikan bahwa fokus pemerintah tidak hanya pada aspek fisik dan ekonomi, tetapi juga pada pembangunan karakter dan kohesi sosial. Program-program seperti ini, yang mendekatkan aparatur pemerintah dengan warganya, dipandang efektif untuk menjaga ukhuwah islamiyah dan keharmonisan antara pemerintah, tokoh agama dan masyarakat luas. Selain itu, kegiatan pemberdayaan melalui lembaga seperti Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) juga aktif dilaksanakan, dengan rapat konsultasi rutin untuk merencanakan program kerja yang menyentuh langsung kebutuhan keluarga di tingkat RT dan RW.

Dinamika Sosial dan Kehidupan Bermasyarakat

Kehidupan di Kelurahan Mewek merupakan cerminan dari sebuah komunitas transisi. Di satu sisi, tradisi dan budaya Jawa yang komunal masih terasa kental, namun di sisi lain, pengaruh industrialisasi dan urbanisasi membawa dinamika baru. Mayoritas penduduknya yang beragama Islam (sekitar 2.073 jiwa) menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan keagamaan dan sosial yang penting. Terdapat setidaknya dua masjid besar yang menjadi sentra ibadah dan perayaan hari besar Islam.

Semangat gotong royong, sebuah kearifan lokal yang mengakar kuat di Purbalingga, sesekali masih dapat dijumpai dalam beberapa kegiatan, meskipun tantangan individualisme khas masyarakat industri mulai terasa. Kehidupan sehari-hari warga diwarnai oleh ritme kerja pabrik. Pagi hari, jalanan dipenuhi oleh para pekerja yang berangkat, dan sore hari, pemandangan serupa terulang kembali.

Kisah Mistar, seorang penarik becak dari Mewek yang diliput media lokal beberapa tahun lalu saat menghadiri acara silaturahmi dengan bupati, memberikan sekelumit gambaran tentang harapan dan keteguhan warga biasa. "Alhamdulillah, maturnuwun Pak Bupati," ucapnya dengan wajah sumringah, sebuah ekspresi tulus yang mewakili suara masyarakat kecil.

Namun seperti halnya kawasan urban lainnya, Mewek tidak luput dari tantangan sosial. Laporan berita mengenai penertiban anak punk yang dianggap meresahkan warga di sekitar area masjid menunjukkan adanya friksi sosial yang perlu dikelola dengan bijak. Isu-isu seperti ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah dan tokoh masyarakat untuk memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi berjalan seiring dengan terjaganya ketertiban dan kenyamanan bersama.

Di bidang pendidikan, Kelurahan Mewek memiliki fasilitas dasar yang cukup, terdiri dari 1 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), 1 Taman Kanak-kanak (TK PGRI), dan 1 Sekolah Dasar Negeri. Fasilitas ini menjadi fondasi penting dalam penyiapan sumber daya manusia di masa depan.

Potensi dan Tantangan ke Depan

Sebagai kelurahan dengan basis industri yang kuat, Mewek memiliki potensi besar untuk terus berkembang. Keberadaan pabrik-pabrik menjadi motor penggerak ekonomi yang tidak hanya memberikan lapangan kerja tetapi juga menciptakan efek berganda (multiplier effect), seperti tumbuhnya usaha kos-kosan, warung makan, dan jasa transportasi.

Meski demikian, tantangan yang dihadapi juga tidak sedikit. Pertama, ketergantungan pada sektor industri tertentu membuatnya rentan terhadap fluktuasi ekonomi global. Kedua, isu lingkungan yang berkaitan dengan limbah industri dan polusi udara perlu mendapat perhatian serius untuk menjamin pembangunan yang berkelanjutan. Ketiga, tantangan sosial akibat urbanisasi, seperti meningkatnya kebutuhan akan perumahan yang layak, pengelolaan sampah, dan potensi konflik sosial, memerlukan perencanaan tata ruang dan kebijakan sosial yang komprehensif.

Ke depan, pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di luar sektor industri utama bisa menjadi alternatif untuk memperkuat fondasi ekonomi lokal. Pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan keterampilan dan fasilitasi akses permodalan dapat membuka peluang bagi tumbuhnya wirausahawan baru di bidang kuliner, kerajinan, atau jasa lainnya yang dapat melengkapi ekosistem ekonomi yang sudah ada.

Pada akhirnya, Kelurahan Mewek merupakan potret sebuah wilayah yang terus bergerak. Di balik riuh mesin pabrik dan lalu lintas jalan utama, terdapat denyut kehidupan masyarakat yang menyimpan memori sejarah, merajut asa di tengah derasnya arus modernisasi, dan terus beradaptasi untuk menyongsong masa depan yang lebih baik.